ISLAM DAN
PRINSIP-PRINSIP KEILMUAN
DIV. TEKNIK INFORMATIKA
KELAS 1A
Dosen Pembimbing : Didi
Junaedi, M.A.
Di Susun oleh :
1.
Kholin
Nur Azizah
2.
Yona
Kamarullah
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada
tuhan yang maha esa, karena atas berkat dan limpahan rahmatnyalah maka saya
boleh menyelesaikan sebuah karya tulis dengan tepat waktu.
Berikut ini penulis mempersembahkan sebuah
makalah dengan judul “ISLAM DAN PRINSIP-PRINSIP KEILMUAN” yang menurut kami
dapat memberikan manfaat yang besar bagi kita untuk mempelajari sejarah agama
islam.
Melalui kata pengantar ini penulis lebih
dahulu meminta maaf dan memohon permakluman bila mana isi makalah ini ada
kekurangan dan ada tulisan yang kami buat kurang tepat atau menyinggung
perasaan pembaca.
Dengan ini kami mempersembahkan makalah ini
dengan penuh rasa terima kasih dan semoga allah SWT memberkahi makalah ini
sehingga dapat memberikan manfaat.
DAFTAR ISI
Halaman Judul .................................................................................................................... 1
Kata Pengantar ................................................................................................................... 2
Daftar Isi ............................................................................................................................ 3
BAB I :
PENDAHULUAN...............................................................................................
BAB II :
PEMBAHASAN
A. ISLAM DAN ILMU PENGETAHUAN
1.
Pandangan Islam Terhadap Ilmu................................................................. 5
2.
Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi....................................... 6
3.
Jenis-Jenis Pengetahuan............................................................................... 7
B. KEKUATAN WAHYU PERTAMA
1.
Definisi Wahyu............................................................................................ 9
2.
Fungsi Wahyu.............................................................................................. 9
C. PRINSIP-PRINSIP KEILMUAN DALAM ISLAM
1.
Pengertian Prinsip........................................................................................ 10
2.
Prinsip-prinsip Pendidikan dalam Islam...................................................... 11
D. PENDIDIKAN SEPANJANG MASA DALAM
PERSPEKTIF ISLAM............ 17
BAB III : KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... 20
BAB IV : DAFTAR PUSTAKA 22
BAB I
PENDAHULUAN
Ilmu pengetahuan merupakan hal yang
tidak dapat dipisahkan dari ajaran agama Islam. Islam
diturunkan sebagai rahmatan lil ‘alamin. Untuk itu, maka diutuslah Rasulullah
SAW untuk memperbaiki manusia melalui pendidikan. Pendidikanlah yang mengantarkan
manusia pada derajat yang tinggi, yaitu orang-orang yang berilmu. Ilmu yang
dipandu dengan keimanan inilah yang mampu melanjutkan warisan berharga berupa
ketaqwaan kepada Allah SWT. Dengan pendidikan yang baik, tentu akhlak manusia
pun juga akan lebih baik. Tapi kenyataan dalam hidup ini, banyak orang yang
menggunakan akal dan kepintaraannya untuk maksiat. Banyak orang yang pintar dan
berpendidikan justru akhlaknya lebih buruk dibanding dengan orang yang tak
pernah sekolah. Hal itu terjadi karena ketidakseimbangannya ilmu dunia dan
akhirat.
Ilmu pengetahuan dunia rasanya
kurang kalau belum dilengkapi dengan ilmu agama atau akhirat. Orang yang
berpengetahuan luas tapi tidak tersentuh ilmu agama sama sekali, maka dia akan
sangat mudah terkena bujuk rayu syaitan untuk merusak bumi, bahkan merusak
sesama manusia dengan berbagai tindak kejahatan. Disinilah alasan mengapa ilmu
agama sangat penting dan hendaknya diajarkan sejak kecil. Kalau bisa, ilmu
agama ini lebih dulu diajarkan kepada anak sebelum anak tersebut menerima ilmu
dunia. Kebodohan adalah salah satu faktor yang menghalangi masuknya cahaya
Islam. Oleh karena itu, manusia membutuhkan terapi agar menjadi makhluk yang
mulia dan dimuliakan oleh Allah.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
ISLAM
DAN ILMU PENGETAHUAN
Islam adalah agama yang rasional.
Mempergunakan akal adalah salah satu dari dasar-dasar Islam. Akal adalah
anugerah yang diberikan Allah SWT yang mempunyai kemampuan untuk berpikir,
memahami, merenungkan, dan memutuskan. Sedangkan wahyu adalah firman Allah
kepada orang yangmenjadi pilihannya (nabi dan rasul) untuk diteruskan
kepadaumat manusia sebagai pegangan dan panduan hidupnya agardalam perjalanan
hidupnya senantiasa pada jalur yang benarAkal dan wahyu mempunyai peran yang
sangat penting dalam perjalanan hidup manusia. Keduanya merupakan sumber utama
dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.
1.
Pandangan Islam terhadap Ilmu
Sepanjang yang kita ketahui, rasanya
belum ada sesuatu agamapun yang melampaui dalamnya pandangan terhadap ilmu
pengetahuan sebagaimana pandangan yang diberikan Islam. Islam sangat gigih
dalam mendorong umat manusia untuk mencari ilmu dan mendudukkannya, sebagai
sesuatu yang utama dan mulia.
Dari sini kita dapat mengambil
pengertian bahwa Allah benar-benar menyatakan betapa tingginya nilai ilmu itu.
Karena itu Allah meninggikan kedudukan orang-orang yang berilmu, baik disisi
Allah maupun disisi manusia.
“Allah akan meninggikan
orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan”. (QS. 58 : 11).
2.
Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi
Sebagai makhluk yang diberi
kelebihan-kelebihan, manusia dijadikan penguasa di bumi dengan tugas, kewajiban
serta tanggung jawabnya, dia harus melalukan pengelolaan yang baik untuk itu ia
harus mengetahui dan memahami benar-benar sifat dan kelakuan alam sekitarnya
yang harus dikelolanya itu, baik yang tak bernyawa maupun yang hidup beserta
masyarakatnya, pengetahuan dan pemahaman ini dapat diperolehnya karena manusia
hidup di dalam, dan dapat menginderakan alam fisis di sekelilingnya. Dan
diharapkan orang dapat memperoleh pengetahuan yang berguna baginya dalam
menjalankan peranannya sebagai khalifah di bumi.
Pemeriksaan dengan perhatian yang
besar untuk mengetahui sesuatu memerlukan observasi yang berulang-ulang secara
teliti serta pengumpulan data secara sistematis yang kemudian dianalisis untuk
memperoleh suatu kesimpulan tentang apa yang diperiksa itu untuk dihimpun
sebagai pengetahuan, tetapi analisis terhadap suatu himpunan data untuk
mencapai kesimpulan itu memerlukan kemampuan berfikir secara kritis. Namun
untuk sampai pada kesimpulan-kesimpulan yang dapat dihimpun menjadi suatu
sistem yang logis atau kesatuan yang rasional yang kita sebut ilmu pengetahuan
perlu digunakan pertimbangan yang melibatkan akal. Dan hal inipun diungkapkan
dalam ayat lanjutannya yaitu ayat 12 surat an-Nahl yang artinya:
“Dan Dia menundukkan malam dan
siang, matahari dan bulan untukmu. Dan bintang-bintang itu ditundukkan
(untukmu) dengan perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memahami (nya)”
3. Jenis-Jenis Pengetahuan
Di kalangan masyarakat awam, kita
akan menemukan bermacam-macam pengetahuan dan kepercayaan. Berdasarkan pada
hal-hal yang kita sebutkan di atas maka pengetahuan manusia dapat digolongkan
atas 4 jenis pengetahuan.
a. Pengetahuan takhayul / mitos
Mitos adalah suatu penjelasan atas
fakta yang tidak ada kebenarannya, hanya didengar dan dipercaya begitu saja.
Ada juga yang disebut legenda yaitu ceritera rakyat yang berdasarkan mitos.
Contohnya: pada zaman dahulu orang
percaya bahwa pelangi dianggap tangga bidadari yang sedang turun mandi, bunyi
burung hantu dianggap pertanda munculnya bencana, kaisar Jepang adalah
keturunan dewa matahari.
b. Pengetahuan ilmiah
Pengetahuan ilmiah adalah
pengetahuan yang diperoleh melalui metode ilmiah (penelitian) dengan pengamatan
panca indra dan penalaran akal budi yang disusun secara sistematika untuk
menjelaskan fakta yang sedang dihadapi, yang merangsang panca indra dan pikiran
manusia.
Manusia
berhadapan dengan fakta alam semesta, makhluk hidup atau benda mati, kemudian
manusia menjelaskan fakta itu / memberi tafsiran pada fakta objektif yang tidak
dapat dibantah lagi. Misalnya hukum Archimedes, yang menyatakan bahwa benda
padat yang tercelup dalam fluida, berkurang beratnya sebesar zat fluida yang
dipindahkannya.
c. Pengetahuan supernatural
Pengetahuan supernatural adalah
pengetahuan yang tidak termasuk pada takhayul dan pengetahuan ilmiah, namun
mempunyai fakta pengetahuan supernatural tidak dapat dijangkau dengan panca
indra maupun akal budi, sifatnya transrasional (di luar jangkauan akal budi).
Karena itu pengetahuan ini tidak ditanggapi dengan akal budi dan bukan objek
pengetahuan ilmiah dan IPA, tetapi masalah percaya, ditanggapi dengan iman, believe
it or not yang sifatnya sangat pribadi dan menyangkut hak-hak azasi
manusia.
d. Pengetahuan ilmiah semu (pseudo
science)
Pengetahuan ilmiah semu adalah
pengetahuan yang berdasarkan fakta ilmiah tetapi dicampur dengan kepercayaan
dan hal-hal yang bersifat supernatural. Bangsa Babilonia kira-kira 2500 SM,
dalam menyembuhkan penyakit disamping obat juga menggunakan mantra. Bangsa
babilonia juga ahli dalam ilmu perbintangan dan memberikan nama pada rasi
bintang menurut nama-nama binatang seperti Leo, Scorpio, Pisces, dan
sebagainya. Ilmu perbintangan yang dihubungkan dengan kepercayaan ramalan
ramalan nasib disebut astrologi.
B.
KEKUATAN WAHYU PERTAMA
1.
Definisi Wahyu
Wahyu
sendiri dalam al-Qur’an disebut dengan kata al-wahy yang memiliki beberapa arti
seperti kecepatan dan bisikan. Wahyu adalah petunjuk dari Allah yang diturunkan
hanya kepada para nabi dan rasul melalui mimpi dan sebagainya. Allah sendiri
telah memberikan gambaran yang jelas mengenai wahyu ialah seperti yang digambarkan
dalam al-Qur’an surat al-Maidah ayat 16 yaitu:
“Dengan Kitab Itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keredhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan Kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus”
Pengertian wahyu dalam penelitian di sini adalah kitab al-Qur’an yang di dalamnya merupakan kumpulan-kumpulan dari wahyu yang membenarkan wahyu-wahyu sebelumnya (taurat, injil, zabur) dan diturunkan oleh Allah hanya kepada Nabi Muhammad SAW selama hampir 23 tahun (Haque, 2000: 19).
“Dengan Kitab Itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keredhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan Kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus”
Pengertian wahyu dalam penelitian di sini adalah kitab al-Qur’an yang di dalamnya merupakan kumpulan-kumpulan dari wahyu yang membenarkan wahyu-wahyu sebelumnya (taurat, injil, zabur) dan diturunkan oleh Allah hanya kepada Nabi Muhammad SAW selama hampir 23 tahun (Haque, 2000: 19).
2.
Fungsi Wahyu
1. Wahyu merupakan sumber pokok ajaran Islam.
2. Wahyu sebagai landasan berpikir. Semua produk pemikiran (ilmu, teori, konsep dan gagasan) tidak boleh lepas dari wahyu, baik makna tersirat maupun tersurat.
3. Wahyu sebagai landasan berbuat, bersikap, berperilaku dalam semua segi kehidupan.
Akal dan wahyu kalau diletakkan secara fungsionalis, maka keduanya saling memiliki fungsi. Akal memiliki fungsi untuk memahami wahyu, karena wahyu ditulis dengan bahasa Arab, dan tidak setiap orang dapat memahami teks Arab. Wahyu (Al Qur’an sebagai hudan, untuk memahami hudan diperlukan akal. Wahyu memiliki fungsi mengarahkan kerja akal dan memberikan informasi kandungan wahyu yangg memerlukan bukti empiris, bahkan dengan observasi, eksperimen, penyelidikan dan penelitian, yang ini semua dikerjakan dengan akal pikiran.
1. Wahyu merupakan sumber pokok ajaran Islam.
2. Wahyu sebagai landasan berpikir. Semua produk pemikiran (ilmu, teori, konsep dan gagasan) tidak boleh lepas dari wahyu, baik makna tersirat maupun tersurat.
3. Wahyu sebagai landasan berbuat, bersikap, berperilaku dalam semua segi kehidupan.
Akal dan wahyu kalau diletakkan secara fungsionalis, maka keduanya saling memiliki fungsi. Akal memiliki fungsi untuk memahami wahyu, karena wahyu ditulis dengan bahasa Arab, dan tidak setiap orang dapat memahami teks Arab. Wahyu (Al Qur’an sebagai hudan, untuk memahami hudan diperlukan akal. Wahyu memiliki fungsi mengarahkan kerja akal dan memberikan informasi kandungan wahyu yangg memerlukan bukti empiris, bahkan dengan observasi, eksperimen, penyelidikan dan penelitian, yang ini semua dikerjakan dengan akal pikiran.
C.
PRINSIP-PRINSIP KEILMUAN DALAM ISLAM
·
Pengertian Prinsip
Prinsip
berasal dari kata principle yang bermakna asal, dasar, prinsip sebagai dasar
pandangan dan keyakinan, pendirian seperti berpendirian, mempunyai dasar atau
prinsip yang kuat. Adapun dasar dapat diartikan asas, pokok atau pangkal
(sesuatu pendapat aturan dan sebagainya). Dengan demikian prinsip dasar
pendidikan Islam bermakna pandangan yang mendasar terhadap sesuatu yang menjadi
sumber pokok sehingga menjadi konsep, nilai dan asas bangunan pendidikan Islam.
Adapun
sumber nilai dalam Islam adalah al-Quran dan sunnah Rasul. Karena banyaknya
nilai yang terdapat dalam sumber tersebut, maka dipilih dan diangkat beberapa
di antaranya yang dipandang fundamental dan dapat merangkum berbagai nilai yang
lain, yaitu tauhid, kemanusiaan, kesatuan umat manusia, keseimbangan, rahmatan
lil’alamin.
Dengan
demikian, pendidikan Islam sangat ideal terutama dikarenakan memperhatikan
kebersamaan, pengembangan diri, masyarakat, menggalakkan ilmu, dilakukan secara
manusiawi, menyeluruh dan selalu berupaya meningkatkannya.
Prinsip-prinsip
dasar pendidikan Islam adalah aspek-aspek fundamental yang menggambarkan dasar
dan tujuan pendidikan Islam sehingga ia membedakannya dengan pendidikan
non-Islam. Prinsip¬prinsip dasar pendidikan Islam itu meliputi:
• Pendidikan Islam adalah bagian
dari proses rububiyah Tuhan
• Pendidikan Islam berusaha
membentuk manusia seutuhnya
• Pendidikan Islam selalu berkaitan
dengan agama
• Pendidikan Islam merupakan
pendidikan terbuka.
·
Prinsip-prinsip Pendidikan dalam
Islam
Pandangan Islam yang bersifat
filosofi terhadap alam jagat, manusia, masyarakat, pengetahuan, dan akhlak,
secra jelas tercermin dalam prinsip-prinsip pendidikan Islam. Dalam
pembelajaran, pendidik merupakan fasilitator. Ia harus mampu memberdayagunakan
beraneka ragam sumber belajar. Dalam memimpin proses pembelajaran, pendidik
perlu perlu memperhatikan prinsip-prinsip dalam pendidikan Islam dan senantiasa
mempedomaninya, bahkan sejauh mungkin merealisasikannya bersama-sama dengan
peserta didik. Adapun yang menjadi prinsip-prinsip pendidikan Islam adalah
sebagai berikut:
1. Prinsip
Integral dan Seimbang
a. Prinsip Integral
Pendidikan Islam tidak mengenal
adanya pemisahan antara sains dan agama. Keduanya harus terintegrasi secara
harmonis. Dalam ajaran Islam, Allah adalah pencipta alam semesta termasuk
manusia. Allah pula yang menurunkan hukum-hukum untuk mengelola dan
melestarikannya. Hukum-hukum mengenai alam fisik disebut sunatullah, sedangkan
pedoman hidup dan hukum-hukum untuk kehidupan manusia telah ditentukan pula
dalam ajaran agama yang disebut dinullah yang mencakup akidah dan syariah.
Dalam ayat Al-Qur’an yang pertama
kali diturunkan, Allah memerintahkan agar mansuia untuk membaca yaitu dalam QS
Al-‘Alaq ayat-1-5. Dan ditempat lain ditemukan ayat yang menafsirkan perintah
membaca tersebut, seperti dalam Firman Allah QS Al-Ankabut:
Bacalah apa yang telah diwahyukan
kepadamu, Yaitu Al kitab (Al Quran) (QS. Al-Ankabut : 45)
Di sini, Allah memberikan penjelasan
bahwa Al-Qur’an yang harus dibaca. Ia merupakan ayat yang diturunkan Allah (ayat
tanziliyah, qur’aniyah) Selain itu, Allah memerintahkan agar manusia membaca
ayat Allah yang berwujud fenomena-fenomena alam (ayat kauniyah, sunatullah),
anatara lain, “Katakanlah, perhatikanlah apa yang ada dilangit dan dibumi”(QS.
Yunus : 101)
Dari ayat-ayat di atas dapat
dipahami bahwa Allah memerintahkan agar manusia membaca Al-Qur’an (ayat-ayat
quraniyah) dan fenomena alam (ayat kauniyah) tanpa memberikan tekanan terhadap
slah satu jenis ayat yang dimaksud. Hal itu berarti bahwa pendidikan Islam harus
dilaksanakan secara terpadu (integral)
b. Prinsip
Seimbang
Pendidikan Islam selalu
memperhatikan keseimbangan di antara berbagai aspek yang meliputi keseimbangan
antara dunia dan akhirat, antara ilmu dan amal, urusan hubungan dengan Allah
dan sesama manusia, hak dan kewajiban.
Keseimbangan antara urusan dunia dan
akhirat dalam ajaran Islam harus menjadi perhatian. Rasul diutus Allah untuk
mengajar dan mendidik manusia agar mereka dapat meraih kebahagiaan kedua alam
itu. implikasinya pendidikan harus senantiasa diarahkan untuk mencapai
kebahagiaan dunia dan akhirat. hal ini senada dengan FirmanAllah SWT:
“dan carilah pada apa yang telah
dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu
melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi” (Al-Qashas : 77)
Dalam dunia pendidikan, khususunya
dalam pembelajaran, pendidik harus memperhatikan keseimbangan dengan
menggunakan pendekatan yang relevan. selain mentrasfer ilmu pengetahuan,
pendidik perlu mengkondisikan secara bijak dan profesional agar peserta didik
dapat mengaplikasikan ilmu yang telah didapat di dalam maupun di luar kelas.
2. Prinsip Bagian dari Proses Rububiyah
Al-Qur’an menggambarkan bahwa Allah
adalah Al-Khaliq, dan Rabb Al-Amin (pemelihara semesta alam). Dalam proses
penciptaan alam semesta termasuk manusia. Allah menampakan proses yang
memperlihatkan konsistensi dan keteraturan. Hal demikian kemudian dikenal sebagai
aturan-aturan yang diterpakan Allah atau disebut Sunnatullah.
Sebagaiman Al-Kailani yang dikutip
oleh Bukhari Umar dalam bukunya menjelaskan, bahwa peranan manusia dalam
pendidikan secara teologis dimungkinkan karena posisinya sebagai makhluk, ciptaan
Allah, yang paling sempurna dan dijadikan sebagai khalifatullah fi al-ardh.
Sebagai khalifah, manusia juga
mengemban fungsi rubbubiyah Allah terhadap alam semesta termasuk diri manusia
sendiri. Dengan perimbangan tersebut dapat dikatakan bahwa karakter hakiki
pendidikan Isam pada intinya terletak pada fungsi rubbubiyah Allah secara
praktis dikuasakan atau diwakilkan kepada manusia. Dengakn kata lain,
pendidikan Islam tidak lain adalah keseluruhan proses dan fungsi rubbubiyah
Allah terhadap manusia, sejak dari proses penciptaan samspai dewasa dan
sempurna.
3. Prinsip
Membentuk Manusia yang Seutuhnya
Manusia yang menjadi objek
pendidikan Islam ialah manusia yang telah tergambar dan terangkum dalam
Al-Qur’an dan hadist. Potret manusia dalam pendidikan sekuler diserhakan pada
orang-orang tertentu dalam msyarakat atau pada seorang individu karena
kekuasaanya, yang berarti diserahkan kepada angan-angan seseorang atau
sekelompok orang semata.
Pendidikan Islam dalam hal ini
merupakan usaha untuk mengubah kesempurnaan potensi yang dimiliki oleh peserta
didik menjadi kesempurnaan aktual, melalui setiap tahapan hidupnya. Dengan
demikian fungsi pendidikan Islam adalah menjaga keutuhan unsur-unsur individual
peserta didik dan mengoptimalkan potensinya dalam garis keridhaan Allah.
Prinsip ini harus direalisasikan
oleh pendidik dalam proses pembelajaran. Pendidik harus mengembangkan baik
kecerdasan intelektual, emosional maupun spiritual secara simultan.
4. Prinsip
Selalu Berkaitan dengan Agama
Pendidikan Islam sejak awal
merupakan salah satu usaha untuk menumbuhkan dan memantapkan kecendrungan
tauhid yang telah menjadi fitrah manusia. Agama menjadi petunjuk dan penuntun
ke arah itu. Oleh karena itu, pendidikan Islam selalu menyelenggrakan
pendidikan agama. Namun, agama di sini lebih kepada fungsinya sebagai sumebr
moral nilai.
Sesuai dengan ajaran Islam pula,
pendidikan Islam bukan hanya mengajarkan ilmu-ilmu sebagai materi, atau
keterampilan sebagai kegiatan jasmani semata, melainkan selalu mengaitkan
semuanya itu dengan kerangka praktik (‘amaliyyah) yang bermuatan nilai dan
moral. Jadi, pengajaran agama dalam Islam tidak selalu dalam pengertian (ilmu
agama) formal, tetapi dalam pengertian esensinya yang bisa saja berada dalam
ilmu-ilmu lain yang sering dikategorikan secara tidak proporsional sebagai ilmu
sekuler.
5. Prinsip
Terbuka
Dalam Islam diakui adanya perbedaam
manusia. Akan tetapi, perbedaan hakiki ditentukan oleh amal perbuatan manusia
(QS, Al-Mulk : 2), atau ketakwaan (QS, Al-Hujrat : 13). oleh karena itu,
pendidikan Islam pada dasarnya bersifat terbuka, demokratis, dan universal.
menurut Jalaludin yang dikutip oleh Bukhari Umar menjelaskan bahwa keterbukaan
pendidikan Islam ditandai dengan kelenturan untuk mengadopsi unsur-unsur
positif dar luar, sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan masyarakatnya,
dengan tetap menjaga dasar-dasarnya yang original (shalih), yang bersumber pada
Al-Qur’an dan Hadist.
6. Menjaga Perbedaan Individual
Perbedaan individual antara seorang
manusia dengan orang lain dikemukakan oleh Al-Qur’an dan hadist. Sebagai
contoh:
“Dan di antara tanda-tanda
kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan
warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikan itu benar-benar terdapat
tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui”. (QS. Ar-Rum : 22)
Perbedaan-perbedaan yang dimiliki
manusia melahirkan perbedaan tingkah laku karena setiap orang akan berbuat
sesuai dengan keadaanya masing-masing. Menurut Asy-Syaibani yang dikutip oleh
Prof. Dr. H. Ramayulis menjelaskan bahwa pendidikan Islam sepanjangs sejarahnya
telah memlihara perbedaan individual yang dimilki oleh peserta didik.
7.
Prinsip Pendidikan Islam adalah Dinamis
Pendidikan Islam menganut prinsip
dinamis yang tidak beku dalam tujuan-tujuan, kurikulum dan metode-metodenya,
tetapi berupaya untuk selalu memperbaharuhi diri dan berkembang sesuai dengan
perkembangan zaman. Pendidikan Islam seyogyanya mampu memberikan respon
terhadap kebutuhan-kebutuhan zaman dan tempat dan tuntutan perkembangan dan perubahan
social. Hal ini sesuai dengan prinsip-prinsip pendidikan Islam yang memotivasi
untuk hidup dinamis.
D.
PENDIDIKAN SEPANJANG MASA DALAM
PERSPEKTIF ISLAM
Dalam perspektif Islam, pendidikan seumur hidup didasarkan
pada fase-fase perkembangan manusia itu sendiri. Artinya, proses pendidikan itu
disesuaikan dengan pola dan tempo, serta irama perkembangan yang dialami oleh
seseorang sampai akhir hayatnya, yakni:
1. Masa al-Jauin (usia dalam
kandungan)
Masa al-jauin, tingkat anak yang berada dalam kandungan dan adanya kehidupan setelah adanya ruh dari Allah swt. Pada usia 4 bulan, pendidikan dapat diterapkan dengan istilah “pranatal” atau juga dapat dilakukan sebelum ada itu menjadi janin yang disebut dengan pendidikan “prakonsepsi”. Karena itu, seorang ibu ketika mengandung anaknya, hendaklah mempersiapkan kondisi fisik maupun psikisnya, sebab sangat berpengaruh terhadap proses kelahiran dan perkembangan anak kelak.
Masa al-jauin, tingkat anak yang berada dalam kandungan dan adanya kehidupan setelah adanya ruh dari Allah swt. Pada usia 4 bulan, pendidikan dapat diterapkan dengan istilah “pranatal” atau juga dapat dilakukan sebelum ada itu menjadi janin yang disebut dengan pendidikan “prakonsepsi”. Karena itu, seorang ibu ketika mengandung anaknya, hendaklah mempersiapkan kondisi fisik maupun psikisnya, sebab sangat berpengaruh terhadap proses kelahiran dan perkembangan anak kelak.
2. Masa bayi (usia 0-2 tahun)
Pada tahap ini, orang belum memiliki kesadaran dan daya intelektual, ia hanya mampu menerima rangsangan yang bersifat biologis dan psikologis melalui air susu ibunya. Karenanya, dalam fase ini belum dapat diterapkan interaksi edukatif secara langsung. Proses edukasi dapat dilakukan menurut Islam adalah membacakan adzan di telinga kanan dan iqamah di telinga kiri ketika baru lahir, memberi nama yang baik ketika diaqiqah. Dengan demikian, di hari pertama dan minggu pertama kelahirannya, sudah diperkenalkan kalimat tauhid, selanjutnya diberi nama yang baik sesuai tuntunan agama.
Pada tahap ini, orang belum memiliki kesadaran dan daya intelektual, ia hanya mampu menerima rangsangan yang bersifat biologis dan psikologis melalui air susu ibunya. Karenanya, dalam fase ini belum dapat diterapkan interaksi edukatif secara langsung. Proses edukasi dapat dilakukan menurut Islam adalah membacakan adzan di telinga kanan dan iqamah di telinga kiri ketika baru lahir, memberi nama yang baik ketika diaqiqah. Dengan demikian, di hari pertama dan minggu pertama kelahirannya, sudah diperkenalkan kalimat tauhid, selanjutnya diberi nama yang baik sesuai tuntunan agama.
3. Masa kanak-kanak (usia 2-12
tahun)
Pada fase ini, seseorang mulai memiliki potensi-potensi biologis, paedagogis. Oleh karena itu, mulai diperlukan pembinaan, pelatihan, bimbingan, pengajaran dan pendidikan yang sesuai dengan bakat dan minat atau fitrahnya. Ketika telah mencapai usia enam tahun hendaklah dipisahkan tempat tidurnya dan diperintahkan untuk shalat ketika berumur tujuh tahun. Proses pembinaan dan pelatihan lebih efektif lagi bila dalam usia tujuh tahun disekolahkan pada Sekolah Dasar. Hal tersebut karena pada fase ini, seseorang mulai aktif dan mampu memfungsikan potensi-potensi indranya walaupun masih pada taraf pemula.
Pada fase ini, seseorang mulai memiliki potensi-potensi biologis, paedagogis. Oleh karena itu, mulai diperlukan pembinaan, pelatihan, bimbingan, pengajaran dan pendidikan yang sesuai dengan bakat dan minat atau fitrahnya. Ketika telah mencapai usia enam tahun hendaklah dipisahkan tempat tidurnya dan diperintahkan untuk shalat ketika berumur tujuh tahun. Proses pembinaan dan pelatihan lebih efektif lagi bila dalam usia tujuh tahun disekolahkan pada Sekolah Dasar. Hal tersebut karena pada fase ini, seseorang mulai aktif dan mampu memfungsikan potensi-potensi indranya walaupun masih pada taraf pemula.
4. Masa puber (usia 12-20 tahun)
Pada tahap ini, seseorang mengalami perubahan biologis yang drastis, postur tubuh hampir menyamai orang dewasa walaupun taraf kematangan jiwanya belum mengimbanginya. Pada tahap ini, seseorang mengalami masa transisi, masa yang menuntut seseorang untuk hidup dalam kebimbangan, antara norma masyarakat yang telah melembaga agaknya tidak cocok dengan pergaulan hidupnya sehari-hari, sehingga ia ingin melepaskan diri dari belenggu norma dan susila masyarakat untuk mencari jati dirinya, ia ingin hidup sebagai orang dewasa, diakui, dan dihargai, tetapi aktivitas yang dilakukan masih bersifat kekanak-kanakan. Seringkali orang tua masih membatasi kehidupannya agar nantinya dapat mewarisi dan mengembangkan usaha yang dicapai orang tuanya. Proses edukasi fase puber ini, hendaknya dididik mental dan jasmaninya misalnya mendidik dalam bidang olahraga dan memberikan suatu model, mode dan modus yang Islami, sehingga ia mampu melewati masa remaja di tengah-tengah masyarakat tanpa meninggalkan nilai-nilai Islam.
Pada tahap ini, seseorang mengalami perubahan biologis yang drastis, postur tubuh hampir menyamai orang dewasa walaupun taraf kematangan jiwanya belum mengimbanginya. Pada tahap ini, seseorang mengalami masa transisi, masa yang menuntut seseorang untuk hidup dalam kebimbangan, antara norma masyarakat yang telah melembaga agaknya tidak cocok dengan pergaulan hidupnya sehari-hari, sehingga ia ingin melepaskan diri dari belenggu norma dan susila masyarakat untuk mencari jati dirinya, ia ingin hidup sebagai orang dewasa, diakui, dan dihargai, tetapi aktivitas yang dilakukan masih bersifat kekanak-kanakan. Seringkali orang tua masih membatasi kehidupannya agar nantinya dapat mewarisi dan mengembangkan usaha yang dicapai orang tuanya. Proses edukasi fase puber ini, hendaknya dididik mental dan jasmaninya misalnya mendidik dalam bidang olahraga dan memberikan suatu model, mode dan modus yang Islami, sehingga ia mampu melewati masa remaja di tengah-tengah masyarakat tanpa meninggalkan nilai-nilai Islam.
5. Masa kematangan (usia 20,30)
Pada tahap ini, seseorang telah beranjak dalam proses kedewasaan, mereka sudah mempunyai kematangan dalam bertindak, bersikap, dan mengambil keputusan untuk menentukan masa depannya sendiri. Proses edukasi yang dapat dilakukan adalah memberi pertimbangan dalam menentukan masa depannya agar tidak melakukan langkah-langkah yang keliru.
Pada tahap ini, seseorang telah beranjak dalam proses kedewasaan, mereka sudah mempunyai kematangan dalam bertindak, bersikap, dan mengambil keputusan untuk menentukan masa depannya sendiri. Proses edukasi yang dapat dilakukan adalah memberi pertimbangan dalam menentukan masa depannya agar tidak melakukan langkah-langkah yang keliru.
6. Masa kedewasaan (usia 30- …sampai
akhir hayat)
Pada tahap ini, seseorang telah berasimilasi dalam dunia kedewasaan dan telah menemukan jati dirinya, sehingga tindakannya penuh dengan kebijaksanaan yang mampu memberi naungan dan perlindungan bagi orang lain. Proses edukasi dapat dilakukan dengan cara mengingatkan agar mereka lebih memperbanyak amal shalih, serta mengingatkan bahwa harta yang dimiliki agar dapat dimanfaatkan untuk kepentingan agama, negara dan masyarakat.
Pada tahap ini, seseorang telah berasimilasi dalam dunia kedewasaan dan telah menemukan jati dirinya, sehingga tindakannya penuh dengan kebijaksanaan yang mampu memberi naungan dan perlindungan bagi orang lain. Proses edukasi dapat dilakukan dengan cara mengingatkan agar mereka lebih memperbanyak amal shalih, serta mengingatkan bahwa harta yang dimiliki agar dapat dimanfaatkan untuk kepentingan agama, negara dan masyarakat.
BAB
III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari uraian pembahasan diatas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Ilmu (atau ilmu pengetahuan) adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.
2. Akal adalah kelebihan yang diberikan Allah kepada manusia dibanding dengan makhluk-makhluk-Nya yang lain. Dengannya, manusia dapat membuat hal-hal yang dapat mempermudah urusan mereka di dunia.
3. Wahyu sendiri dalam al-Qur’an disebut dengan kata al-wahy yang memiliki beberapa arti seperti kecepatan dan bisikan. Wahyu adalah nama bagi sesuatu yang dituangkan dengan cara cepat dari Allah ke dalam dada nabi-nabiNya, sebagaimana dipergunakan juga untuk lafadz al-Qur’an (as- Shieddiqy: 27). Untuk selanjutnya, dalam penelitian ini hanya terbatas pada penggunaan kata wahyu.
4. Wahyu adalah petunjuk dari Allah yang diturunkan hanya kepada para nabi dan rasul melalui mimpi dan sebagainya. Wahyu adalah sesuatu yang dimanifestasikan, diungkapkan.
5. Alquran dan Al Sunnah merupakan sumber ilmu pengetahuan yang utama dlaam islam.
6. Islam sangat menjunjung tinggi ilmu pengetahuan dan mewajibkan kepada ummatnya untuk senantiasa mencari ilmu.
Dari uraian pembahasan diatas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Ilmu (atau ilmu pengetahuan) adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.
2. Akal adalah kelebihan yang diberikan Allah kepada manusia dibanding dengan makhluk-makhluk-Nya yang lain. Dengannya, manusia dapat membuat hal-hal yang dapat mempermudah urusan mereka di dunia.
3. Wahyu sendiri dalam al-Qur’an disebut dengan kata al-wahy yang memiliki beberapa arti seperti kecepatan dan bisikan. Wahyu adalah nama bagi sesuatu yang dituangkan dengan cara cepat dari Allah ke dalam dada nabi-nabiNya, sebagaimana dipergunakan juga untuk lafadz al-Qur’an (as- Shieddiqy: 27). Untuk selanjutnya, dalam penelitian ini hanya terbatas pada penggunaan kata wahyu.
4. Wahyu adalah petunjuk dari Allah yang diturunkan hanya kepada para nabi dan rasul melalui mimpi dan sebagainya. Wahyu adalah sesuatu yang dimanifestasikan, diungkapkan.
5. Alquran dan Al Sunnah merupakan sumber ilmu pengetahuan yang utama dlaam islam.
6. Islam sangat menjunjung tinggi ilmu pengetahuan dan mewajibkan kepada ummatnya untuk senantiasa mencari ilmu.
B. Saran
1. Sebagai umat
islam kita harus selalu menggali ilmu pengetahuan yang berguna bagi umat
manusia.
2. Dapat mengaplikasikan ilmu yang di peroleh untuk kepentingan dan kemaslahatan umat manusia.
3. Menjadikan Al Quran dan Al Sunnah sebagai pegangan hidup karena keduanya merupakan sumber ilmu yang paling utama.
2. Dapat mengaplikasikan ilmu yang di peroleh untuk kepentingan dan kemaslahatan umat manusia.
3. Menjadikan Al Quran dan Al Sunnah sebagai pegangan hidup karena keduanya merupakan sumber ilmu yang paling utama.
BAB
IV
DAFTAR
PUSTAKA
http://www.scribd.com/doc/7627750/Pendidikan-Agamaislamhttp://yusufsila2011.weebly.com/8/post/2011/05/islam-dan-ilmu-pengetahuan.htmlhttp://www.scribd.com/archive/plans?doc=66349177http://fosilbasyar.wordpress.com/2011/08/09/kedudukan-akal-dalam-islam/http://id.shvoong.com/humanities/religion-studies/2234862-kedudukan-akal-dan-wahyu-dalam/#ixzz2AC8OdbNqhttp://asa-2009.blogspot.com/2012/02/kedudukan-wahyu-dan-akal-dalam-islam.htmlhttp://deffs.blogspot.com/2009/11/ilmu-dan-klasifikasi-ilmu-dalam-sejarah.htmlhttp://sweejamz-lovers.blogspot.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar